April 2024 Masuki Musim Panen, Harga Gabah Kering Turun

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat harga Gabah Kering bulan April merupakan harga terendah sepanjang Januari hingga April 2024. Hal ini disebabkan oleh beberapa daerah di Provinsi Banten telah memasuki musim Panen Raya pada akhir Maret 2024. Pada April 2024, harga gabah terendah ditingkat Petani untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) sebesar Rp6.423/kg dan Gabah Kering Panen (GKP) Rp5.049/kg. Masing-masing turun sebesar 19,71 persen untuk GKG dan turun 26,15 persen untuk GKP dari bulan Maret 2024 lalu. Sedangkan kualitas GKG harga tertinggi sebesar Rp7.000/kg pada varietas IR-64, dan harga terendah sebesar Rp6.300 pada varietas Ciherang. Demikian disampaikan Kepala BPS Provinsi Banten Faizal Anwar pada Rilis Berita Resmi Statistik, Kamis 02 Mei 2024. 

Faizal menambahkan, pada April 2024 terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Banten sebesar 0,79 persen. Kenaikan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,04 persen. Penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,97 persen, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,94 persen.

Namun demikian, terjadi penurunan sebesar 6,31 persen pada Nilai Tukar Petani (NTP) April 2024 menjadi sebesar 105,59 poin. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 5,70 persen dengan komoditas penyumbang adalah gabah, pisang dan cabai merah, serta naiknya indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,65 persen dengan komoditas penyumbang bawang putih, ketimun, dan tomat.

Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada April 2024 sebesar 111,49 poin, turun 5,84 persen dibanding Maret 2024, turunnya NTUP disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 5,70 persen menjadi 131,38 poin. Dengan komoditas penyumbang adalah gabah, pisang, dan cabai merah. Sedangkan faktor lain yang menyebabkan turunnya nilai NTUP adalah kenaikan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 117,84 poin dengan komoditas penyumbang adalah upah penanaman dan pur.